L o a d i n g

INFOKRASI: Saat Demokrasi Dikuasai Oleh Algoritma Dan Klikbait

Meme adalah virus digital yang membunuh logika. Dalam infokrasi, kebenaran tak punya kesempatan untuk viral

INFOKRASI: Saat Demokrasi Dikuasai Oleh Algoritma Dan Klikbait

Setiap pagi, kita bisa menyerap cukup banyak informasi hanya dalam lima menit. Cukup untuk bikin otak kita kehilangan kemampuan berpikir jernih selama seharian. Serius. Ini bukan sekadar hiperbola. Di zaman digital ini, informasi datang terlalu cepat, terlalu banyak, dan terlalu emosional. Dan diam-diam, ini sedang menggerogoti inti dari sistem bernegara kita, demokrasi.

Byung-Chul Han, seorang filsuf dari Korea Selatan dalam bukunya Infocracy menjelaskan bagaimana demokrasi sekarang digantikan oleh kekuasaan informasi — infokrasi. Bukan lagi diktator dengan senjatanya, tapi algoritma, meme dan clickbait.

Dulu, Buku Membentuk Logika. Sekarang, Feed Membentuk Emosi

Han mengingatkan kita soal masa-masa ketika buku menjadi alat utama masyarakat untuk berpikir. Di zaman Pencerahan, diskusi publik berkembang karena orang-orang terbiasa membaca, mencerna, dan berpikir kritis. Buku mendorong logika, konsistensi, dan kedalaman berpikir.

Tapi sekarang? Scroll cepat di medsos tidak memberi ruang untuk berpikir. Apalagi untuk debat sehat. Kita diserbu meme, soundbite dan headline yang tujuannya cuma satu: membuat kita klik, share dan… lanjut scroll lagi.

Ketika Politik Menjadi Reality Show

Han menyebut ini sebagai mediakrasi, kekuasaan media yang membuat politik kehilangan makna. Debat politik sekarang bukan lagi soal ide, tapi soal pencitraan. Siapa yang punya punchline paling catchy, dia yang menang. Bukan siapa yang punya solusi terbaik.

Dan ini bukan kebetulan. Sistem digital memang didesain supaya kita jadi penonton pasif. Tidak ada ruang untuk berpikir panjang. Tidak ada waktu untuk mencari tabayyun. Yang penting: cepat, seru dan bisa viral.

Meme Bukan Sekadar Lucu. Mereka Bisa Merusak Diskursus

Di bagian paling mengerikan, Han membahas bagaimana meme jadi senjata utama infokrasi. Mereka cepat, visual, emosional. Justru karena itu mereka membunuh ruang untuk diskusi rasional.

Kenapa? Karena meme tidak memberi argumen. Tidak butuh bukti. Tidak mengajak untuk berpikir. Mereka cuma perlu “kerasa banget” dan langsung sebar.

Sedangkan kebenaran butuh waktu. Butuh konteks. Butuh argumen. Dan, sayangnya, semua itu tidak cocok dengan algoritma media sosial yang hanya memikirkan engagement.

Kenapa Konten yang Berkualitas Susah Viral?

  • Butuh waktu dan usaha: Orang malas baca panjang, apalagi rumit.

  • Tidak emosional: Konten edukatif misalnya, seringkali datar. Sedangkan konten viral itu harus “menggugah”.

  • Algoritma Tidak Membantu: Yang diangkat adalah yang “ramai”, bukan yang “benar”.

  • Echo Chamber: Kita hidup di gelembung opini, yang berbeda malah diserang, bukan didengarkan.

Jadi Masih Mau Diam?

Demokrasi, kebebasan berpikir, dan keberanian untuk berbicara akan kebenaran memang sedang diuji. Bukan oleh senjata, tapi oleh feed yang terus kita refresh setiap hari.

Pertanyaannya sekarang bukan lagi “apa yang benar?” tapi “apa yang bisa viral?”

Tapi… bagaimana kalau kita coba balikan lagi? Bagaimana kalau kita mulai viralkan diskusi yang penting, bukan cuma yang heboh? Bagaimana kalau kita bikin algoritma tunduk sama integritas, bukan sebaliknya?

Tags

about me

I'm a digital creative, content maker, and visual branding enthusiast helping brands grow online.

Are You Ready to kickstart your project?

Reach out and let's make it happen ✨. I'm also available for full-time or Part-time opportunities to push the boundaries of design and deliver exceptional work.